Sayang! Dana Bantuan Operasional Sekolah, yang mestinya dimanfaatkan untuk mendukung operasional sekolah, malah dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Hal ini terjadi pada, Sekolah Dasar Negeri Wangatoa-Kecamatan Nubatukan Kabupaten Lembata. Raibnya dana BOS sebesar 41 juta ini, diketahui oleh orang tua wali saat Rapat Pembahasan Rencapana Anggaran Pendidikan Sekolah, yang berlangsung pada bulan Desember 2009 lalu.
Dugaan raibnya dana ini, terjadi dibawah kepempimpinan Kepala Sekolah lama Phlipus Patal Namang. Masalah ini-pun sedang ditangani oleh Banwas Kabupaten Lembata, yang hingga saat ini belum diketahui, hasil penyelesaiannya. Dalam rapat pada bulan Desember lalu, orang tua wali, sebenarnya telah meminta pihak sekolah untuk segara mempertanggungjawabkannya, namun karena masalah ini sedang dalam penanganan pihak Banwas Kabupaten Lembata, maka Sekolah hanya menjanjikan untuk dilaporkan kemudian, setelah ada titik terang penyelesaian masalah.
Oleh karena janji yang belum terwajab, orang tua wali SDN Wangatoa, dalam acara Rapat Pembagian Buku Laporan Pendidikan semester akhir, yang berlangsung pada, 25/06/2010, mempertanyakanya. Dan meminta, agar dalam kesempatan ini, dan dihadapan para orang tua, ditentukan waktu pertanggungjawaban dana tersebut.
Niat baik orang tua ini, malah tidak ditanggapai secara serius oleh Kepala Sekolah baru Idelgardis Lau, dari jawabannya terkesan ia melindungi guru yang telah menyalahgunakan dana BOS tersebut. Tak pelak, hal ini langsung diprotes oleh orang tua wali, yang merasa sering dikibuli. Elias, salah seorang wali siswa angkat bicara. Kami tidak suka dikibuli terus, kami tuntut ini karena dalam keputusan rapat pada desember 2009 lalu, dijanjikan untuk segera dibuat laporan pertanggungjawaban penggunaan BOS tahun anggaran 2008/2009. dan masalah raibnya dana sebesar 41 juta. “kami menangkap kesan sekolah sengaja melindungi guru yang pake uang”. Tandas elias dengan nada keras.
Merespon pernyataan itu, Idelgardis selaku kepala sekolah yang baru, meminta diberikan waktu, dan akan disampikan kemudian, berhubung agenda rapat hari ini, adalah pembagian buku laporan pendidikan, dan tanpa dialog. Kata Idel.
Pernyataan inipun, didukung penuh oleh Adrianus Satu Aja, selaku Bendahara Komite Sekolah, yang hadir mewakili Ketua Komite. Adi satu mengatakan, selaku bendahara komite dirinya tidak memliki kewenangan. untuk itu, ia berharap agar rapat dengan agenda mendengar laporan keuangan akan dilakukan kemudian, dan lansung dipimpin oleh Ketua Komite Yohanes Derosari, yang pada kesempatan ini tidak dapat hadir karena sedang keluar daerah. Ia mengaku, selaku Bendahara dirinya hanya diberikan kewenangan untuk mewakili ketua dalam kesempatan itu. Sebaiknya rapat kita lanjutkan kembali pada pertengahan bulan Juli mendatang. Usul Adri.
Usul konkrit Adri, ditimpali Elias. Dengan nada pesimis Elias mengatakan, “saya tidak yakin kalau saat mendatang ketua komite bisa hadir, karena beliau sangat sibuk dengan urusan DPRD. (Sekedar untuk diketahui, Yohanes Derosari adalah Ketua DPRD Lembata) jika terus dengan alasan demikian, maka masalah ini terus terkatung-katung. Hampir senada dengan Elias, Yoseph Dion angkat bicara. Ia mengatakan, laporan keuangan, sebagaimana layaknya, dilaporkan pada akhir tahun, bukan awal tahun. Ia menuntut, agar sekolah harus menanggapi tuntutan orang tua wali ini secara serius. Pernyataan ini langsung disambut tepukan tangan dari seluruh orang tua. Gemuruh tepukan tangan membahana di aula tempat dilakukan pertemuan. Suasana rapatpun kian memanas.
Takut sekolah makin terpojok, Adri Satu, meminta rapat segera ditutup, untuk dilanjutkan dengan acara pembagian buku laporan pendidikan yang berlangsung di dalam kelas. Dengan penuh kekecewaan, orang tua pun meninggalkan ruang rapat. (Elias K. Making)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar